Senin, 28 November 2016

Senja

Sudah ...
Ikhlaskan ...

Banyak yang menjadikan kata itu sebagai pedang untuk menutupi lubang di hatinya, atas sedih, sakit, dan juga putus asa.
Aku, menjadikan kata itu sebagai tameng, tak lagi pedang, karena yang terhulus pedang, adalah diriku sendiri.

Malam, saat dia kembali menyapaku di jarak yang cukup jauh. di jeda yang cukup lama, semua ribuan lembar kenangan tersusun rapi kembali membentuk cerita. Kembalinya ia menyapa dan memasuki ruang heningku, mengajakku melihat ke sisi lain perjuangan, dan kembali bangkit dari lelah. 

Tak pernah ku melihat hina pada sosoknya, dia tangguh, dia penuh kasih, dan dia pejuang. Namun, semua yang ku lihat darinya, bukan untuk diriku.

Dia tangguh untuk semua cita-citanya, keinginannya,
Dia penuh kasih, tapi tak pernah tertuang untukku.
dan Dia pejuang, tapi tidak untuk memperjuangkanku.

Malam itu, dia menyapa,
Setelah jeda yang lama, setelah harap yang dia beri, dengan ribuan jarak.
"aku mau nikah, dateng ya"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar