bahagia.

Di sudut kota kecil yang ramai dan ingin berubah menjadi lebih maju. 

Anak kecil dengan tangan kanan memegang stick kayu kecil, basah sepertinya, dan tangan yang satunya sibuk menampung tetesan merah yang jatuh tak berbaris. 

Sesekali anak kecil itu menghisap es hingga tak berwarna, tak lagi berasa. 

Dan hidungnya keluar cairan bening, ingus. 

Gambaran sederhana sebuah kebahagiaan, dia tak berpikir anggota DPR tertangkap KPK, demo meraja lela, dan PR matematika saja dia tak terlalu memusingkannya. 

Tentang Aku

Bertatapan pada tembok yang berdiri kokoh, berbisik perlahan

"Gagahmu menyimpan pilu. Kuatmu memendam sedu."

Tetaplah kuat, kokoh, dan berdiri sendiri.

Senja

Sudah ...

Ikhlaskan ...

Banyak yang menjadikan kata itu sebagai pedang untuk menutupi lubang di hatinya, atas sedih, sakit, dan juga putus asa.

Aku, menjadikan kata itu sebagai tameng, tak lagi pedang, karena yang terhulus pedang, adalah diriku sendiri.

Malam, saat dia kembali menyapaku di jarak yang cukup jauh. di jeda yang cukup lama, semua ribuan lembar kenangan tersusun rapi kembali membentuk cerita. Kembalinya ia menyapa dan memasuki ruang heningku, mengajakku melihat ke sisi lain perjuangan, dan kembali bangkit dari lelah. 

Tak pernah ku melihat hina pada sosoknya, dia tangguh, dia penuh kasih, dan dia pejuang. Namun, semua yang ku lihat darinya, bukan untuk diriku.

Dia tangguh untuk semua cita-citanya, keinginannya,

Dia penuh kasih, tapi tak pernah tertuang untukku.

dan Dia pejuang, tapi tidak untuk memperjuangkanku.

Malam itu, dia menyapa,

Setelah jeda yang lama, setelah harap yang dia beri, dengan ribuan jarak.

"aku mau nikah, dateng ya"

SESAK

Sekarang,

Sudah teriakkan saja jeritan hati yang tak dapat lagi kau bendung.
Biar semua tau apa yang kau pendam dan rasakan.

Tentang kesendirian, tentang cinta yang tak pernah terbalas, tentang penantian yang belum berujung, tentang tersakiti dan disakiti, tentang Masa lalu yang masih terngiang, tentang hinaan, tentang menjadi budak di istana nya sendiri. Tentang sesak yang entah aapa penyebabnya.

Sudah ingin ku berteriak bahkan aku ingin membuang diriku sendiri pada tebing yang tak berujung, hingga akhirnya kembali ke tempat yang sama, tulisan.
Sudah ingin ku berteriak lebih kencang hingga telinga mereka tak lagi mampu mendengar. Tapi masih saja berujung sama, teriakan hardikan Mereka lebih kencang dan aku masih saja mendengarkan hingga telingaku saja mati rasa dan tau apalagi yang mereka teriakkan.
Sudah ingin ku lempar semua beban yang ditimpakan padaku, dan mereka tak lagi berpegang padaku. Tapi hasilnya akan sama, hingga matipun beban akan terus dipikul.

Sudahlah, nyatanya sama saja.
Sesak ini akan terus menjadi sesak, dan tak bisa terungkap.
Ternyata hatiku lebih kuat dari pada baja.
Terimakasih, hati. 

BAIT SURAT

Selembar curahan perasaanku yang akan kau tahu.

Sebleum ku bertemu denganmu, ku telah bertemu dengan banyak orang.
Sebelum mengenalmu, ku telah banyak mengenal orang.
Sebelum diriku tersenyum padamu, ku telah tersenyum dengan banyak orang.

Sebelum aku memilihmu, aku telah banyak belajar arti kehilangan dan bertanggung jawab dari bapakku.
Sebelum aku jatuh cinta padamu, ku telah belajar arti mencintai dan bertahan dari ibuku.
Sebelum aku menggenggam tanganmu, aku telah belajar arti terlepas dan terbuang dari masa laluku.

Bersamamu aku ingin melihat sisi lain dari melangkah, terbang, dan berjuang.

Untukmu calon imamku, entah siapa dirimu, aku menanti.

Harap

Malam tak membuatku takut, hanya membuatku terbangun dan menatap jendela..

Masih terdiam di atas kasur dan terbaring memeluk bantal..

Menggumam dengan butiran bening membasahi bantal, tergambar apa yang ku impikan..

ingin ku sebut sebuah nama, namun ia masih dalam rahasiaNya, 

Membayangkan tuk bisa tersenyum dan mengatakan "apa kabar hari ini? ada lagi yang kau perlukan?"

mensetrika pakaiannya, menyiapkan kebutuhannya, menyemangatinya, dan mendukungnya,

Lagi, malam ini tak membuatku takut, hanya membuatku berharap indah. 

Entah di mana ia, entah siapa, rahasiaNya masih terjaga.

Double

Ku mengenalmu tak jauh bda dari yang lain, namun apa yang pernah terjadi pada diriku dengan perbuatanmu, itu lebih dari yang orang lain rasakan. Salahkah jika terkadang ku ingin mengasingkan diriku dari sosokmu dan dari bayangmu?

Hanya untuk memastikan bahwa diriku bukan dirimu.